Kajian
Parenting Al Furqon Paser Kolaborasi Antara Pondok, Orang Tua, dan Guru Menuju Pengajaran yang Efektif dan Bermakna
_
_
Segala puji kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu wa Ta'ala, yang telah menitipkan amanah terindah sekaligus terberat dalam pundak kita: anak-anak. Dialah yang memberikan petunjuk bagaimana amanah itu harus dijaga, sebagaimana firman-Nya, "Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka."
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada suri tauladan terbaik, pendidik umat, Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam, beserta keluarga, para sahabat, dan pengikutnya yang setia hingga akhir zaman. Beliaulah yang mengajarkan kita bahwa setiap kita adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban.
Pendidikan (tarbiyah) dalam Islam bukanlah sekadar transfer ilmu, melainkan sebuah proses sakral pembentukan adab dan penanaman aqidah. Namun, di tengah kesibukan zaman, seringkali pemahaman akan tanggung jawab fundamental ini terdistorsi. Hadirnya lembaga pendidikan seperti pondok pesantren terkadang disalahpahami sebagai akhir dari tugas, bukan sebagai mitra strategis.
Bagi sebagian
orang tua, memasukkan anak ke pondok pesantren terasa seperti garis finis. Ada
kelegaan bahwa tanggung jawab pendidikan terutama dalam aspek agama dan
akhlak kini telah beralih ke pundak para guru dan sistem asrama. Namun, sebuah
kekeliruan fundamental dalam pemahaman inilah yang dikupas tuntas dalam Kajian
Parenting yang diselenggarakan oleh Pondok Pesantren AL Furqon Paser.
Dalam kajian tersebut, Al-Ustadz Abu Yaman hafidzahullah ta'ala mengingatkan
kembali hakikat sejati dari amanah pendidikan. Jauh dari kata
"selesai", menitipkan anak di lembaga pendidikan Islam justru
merupakan babak baru yang menuntut kolaborasi harmonis antara tiga pilar utama:
pondok, guru, dan orang tua.
Berikut adalah
ulasan mendalam dari kajian tersebut, yang menegaskan bahwa pendidikan adalah
tanggung jawab bersama yang tak pernah usai.
Mendidik
adalah Perintah, Bukan Pilihan
Kajian dibuka
dengan perspektif bahwa pendidikan (tarbiyah) bukan sekadar investasi duniawi,
melainkan bagian integral dari hablum minannas (hubungan antarmanusia)
dan wujud pemanfaatan usia yang diberikan Allah Ta'ala.
Ustadz Abu Yaman
meluruskan miskonsepsi umum. "Sebagian orang tua keliru merasa tanggung
jawab mereka selesai ketika anak sudah dimasukkan ke pesantren," ujarnya.
Padahal, Al-Qur'an secara tegas memerintahkan orang tua secara langsung:
"...jagalah diri-diri kalian dan juga anak-anak kalian, keluarga kalian
dari siksa api neraka."
Ayat ini, menurut
beliau, adalah fondasi bahwa tanggung jawab pendidikan adalah tugas yang
melekat dan tidak bisa dialihkan sepenuhnya. Pesantren hadir bukan sebagai
pengganti, melainkan sebagai mitra strategis orang tua dalam menjalankan
perintah berat tersebut.
Ibu: Madrasah
Pertama dan Fondasi Akhlak
Jika orang tua
adalah penanggung jawab utama, maka ibu memegang peran kunci sebagai direktur
kurikulum pertama dalam kehidupan anak. Ustadz Abu Yaman menggarisbawahi
ungkapan masyhur, "Al-ummu madrasatun ula" (Ibu adalah sekolah
pertama).
"Ibu adalah
pondasi dasar (asas) bagi terjaganya agama dan akhlak seorang anak," tegas
beliau.
Pentingnya peran ibu ini diperkuat oleh hadis Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menekankan pemuliaan ibu sebanyak tiga kali sebelum menyebut bapak. Ini bukanlah sekadar penghormatan, melainkan penegasan betapa krusialnya sentuhan seorang ibu dalam membentuk adab (tata krama) dan menanamkan nilai-nilai agama—dua hal yang menurut Sahabat Ali bin Abi Thalib merupakan tugas utama orang tua kepada anaknya.
Kepemimpinan
Orang Tua dan Ancaman Keras atas Kelalaian
Dalam tatanan keluarga, riwayat Imam Bukhari dan Muslim
menegaskan bahwa orang tua adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai
pertanggungjawaban atas apa yang dipimpinnya.
Fungsi
kepemimpinan ini sering disalahartikan sebatas materi. Namun, kajian ini
menekankan bahwa kepemimpinan terbesar adalah dalam pendidikan dan moral.
Ustadz Abu Yaman menyampaikan sebuah ancaman keras bagi orang tua yang lalai.
Allah Ta'ala akan mengharamkan surga bagi seorang pemimpin (orang tua) yang meninggal
dalam keadaan menelantarkan, tidak peduli, atau tidak bertanggung jawab
terhadap "rakyatnya" (anak-anak mereka).
"Sekalipun
anak berada di pesantren, tanggung jawab pendidikan tidak lepas dari pundak
orang tua," jelas beliau. "Karena orang tuanyalah yang akan dimintai
pertanggungjawaban oleh Allah."
Kegagalan
mendidik anak di rumah akan menjadi beban berat bagi anak itu sendiri dan bagi
lembaga pendidikan. Anak yang tidak terbiasa dengan adab di rumah akan
kesulitan beradaptasi dengan disiplin dan tatanan ilmu di pesantren.
Kesimpulan:
Menuju Pengajaran Efektif Lewat Sinergi
Kajian Parenting
di Pondok Pesantren AL Furqon Paser ini menjadi pengingat penting: pendidikan
yang efektif dan bermakna hanya bisa terwujud melalui kolaborasi yang harmonis.
Orang tua tidak
bisa "lepas tangan". Mereka harus proaktif menjalin komunikasi dengan
guru, menyelaraskan visi pendidikan di rumah dengan di pondok, dan yang
terpenting, terus mendoakan serta memantau perkembangan akhlak anak-anak
mereka.
Pondok Pesantren
AL Furqon Paser, melalui kajian ini, tidak hanya mendidik santrinya, tetapi
juga mengedukasi para walinya. Sebuah langkah strategis untuk memastikan bahwa
benang merah tanggung jawab antara rumah dan pondok terjalin kuat, demi
melahirkan generasi yang tidak hanya cerdas secara akademik, tetapi juga kokoh
dalam adab dan agama.
25 Okt 2025