Urusan cinta memang tidak bisa pake logika, karena cinta itu menyangkut rasa yang sumbernya dari dalam jiwa. Makanya tidak usah heran bila anda melihat orang melakukan sesuatu diluar nalar manusia karena dorongan rasa cinta.
Telah masyhur ditelinga kita, kisah Qois al-Mulawwah si Majnun Laila, orang yang menjadi gila karena cinta, atau kisah Jamil dan Butsainah yang menderita karena cinta.
Iya sobat...cinta itu bisa membuatmu menjadi buta dan tuli, sehingga engkau tak melihat dari orang yang engkau cintai kecuali hanya kebaikannya saja dan sulit bagimu untuk mengakui kesalahan yang dilakukannya.
Ibnul Qoyyim Al-Jauziyyah menjelaskan dalam buku beliau Roudhotul muhibbin wa nuzhatul musytaqqiin:
وقيل: عمى القلب عن رؤية غير المحبوب وصممه عن سماع العذل فيه
Bahwa diantara makna cinta adalah hati yang buta untuk melihat selain kekasih hati serta tuli untuk mendengar celaan terhadapnya. (roudhotul muhibbin, hal.18)
Ketika Qois Al-mulawwah si majnun laila semakin buruk keadaanya karena cinta yang tak sampai, orang-orang membujuknya untuk melupakan Laila kekasih pujaan hatinya, namun si Majnun menjawab saran mereka dengan melantunkan qosidahnya:
Mereka berkata:jika engkau mau engkau bisa melupakan laika **** akupun menjawab: aku tidak mau
Bagaimana aku bisa melupakannya sedangkan cinta telah terikat dihatiku **** sebagaimana timba terikat dengan talinya.
Qois menolak nasehat dari teman-temannya,, akhirnya ia pun merana karena cinta......
Sobat...taukah kamu, bahwa sikap seperti ini adalah sebuah kesalahan.Cinta yang seperti ini akan membunuhmu..akan menutupimu dari jalan kebenaran dan ujungnya akan mendapatkan kemurkaan Rabbul 'Izzati wal jalaalah.
Islam agama kita adalah agama yang sempurna. Diantara bentuk kesempurnaan ajarannya, islam mengatur dan memberi rambu-rambu dalam urusan cinta. Ketika engkau mencintai seseorang, siapapun dia, jangan sampai cintamu itu menutupimu dari kebenaran, Apalagi menabrak prinsip-prinsip agama yang telah dibawa oleh Rasulullah Sholallahu 'alaihi wasallam.
Bukankah Nabi shalallahu alaihi wasallam telah bersabda:
لا يؤمن أحدكم حتى أكون أحب إليه من والده وولده والناس أجمعين
Tidak akan sempurna keimanan kalian sampai aku lebih ia cintai daripada bapaknya, anaknya dan seluruh manusia. (HR. Bukhori dan Muslim).
Seandainya orang yang kita cintai itu menyelisihi ajaran Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam maka hendaknya engkau berlapang dada untuk mengakuinya karena jangan sampai cinta ini membunuhmu.